Beranda | Artikel
Keutamaan Puasa
Senin, 4 November 2019

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Keutamaan Puasa adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Kifayatul Muta’abbid wa Tuhfatul Mutazahhid. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 23 Shafar 1441 H / 22 Oktober 2019 M.

Download mp3 kajian sebelumnya: Tata Cara Shalat Istikharah dan Doa Istikharah Beserta Penjelasan

Kajian Islam Ilmiah Tentang Keutamaan Puasa

Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda bahwasannya Allah ‘Azza wa Jalla berkata:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ، فَلَا يَرْفُثْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَصْخَبْ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ، فَلْيَقُلْ : إِنِّي صَائمٌ والَّذِي نَفْسُ محَمَّدٍ بِيدِهِ، لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ -تعالى- يَوْمَ الْقِيَا مَةِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ، وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا: إِذا أَفْطَرَ فَرِحَ بِفِطْرِهِ، وإذَا لَقي ربَّهُ فرِح بِصوْمِهِ

“Seluruh amalan anak Adam adalah untuknya kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu milikKu dan Aku yang akan membalasnya, dan puasa itu adalah tameng, maka apabila salah seorang diantara kalian berpuasa maka janganlah ia berkata kotor pada hari tersebut dan janganlah ia berkata kasar atau bersuara keras, jika ada seorang yang mengejeknya atau mengajaknya bertengkar maka hendaklah dia mengatakan: Saya sedang puasa dan demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di ditanganNya sesungguhnya bau mulut seseorang yang sedang berpuasa lebih harum di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat dari bau minyak kasturi, dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan yang ia dapatkan: jika ia berbuka maka ia akan bahagia dengan buka puasa tersebut dan apabila ia bertemu dengan Rabbnya ia akan bahagia dengan puasanya.” (HR. Imam Al-Bukhari dan Muslim)

Dan sabda Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (فَلَا يَرْفُثْ) artinya, “tidak boleh ia berbicara kotor dan berbicara jorok”. Berkata Al-Azhari (seorang ulama ahlul lughah) bahwa kata “rafats” adalah kata yang mencakup semua yang diinginkan laki-laki dari perempuan. Juga rafats berarti jima’ (berhubungan badan) atau berbicara tentang hubungan badan. Yaitu membicarakan hal-hal yang mengarah ke sana. Juga ada yang mengatakan bahwa arti rafats adalah membicarakan hal tersebut dengan istri. Adapun penjelasan (وَلَا يَصْخَبْ) artinya, “janganlah ia berteriak”. (الصَّخَب) adalah suara keras, suara yang banyak bercampur.

Adapun “Bau mulut orang yang berpuasa.” yaitu artinya bau yang keluar dari orang yang berpuasa dari bau yang buruk atau bau yang tidak enak.

Penjelasan Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr

Perkataan penulis kitab ini Rahimahullah, “Keutamaan puasa.” Puasa adalah ibadah yang sangat agung, ketaatan yang sangat mulia, juga rahasia antara orang yang berpuasa dengan Rabbnya Tabaraka wa Ta’ala. Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan umatnya untuk senantiasa memperbanyak puasa dan menjelaskan besarnya pahala puasa tersebut. Juga puasa akan menghapuskan dosa-dosa juga akan mengangkat derajat.

Dalam bab ini ada beberapa hadits-hadits dari Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang disebutkan oleh penulis kitab ini Rahimahullah sebagian dari hadits-hadits tersebut. Dan hadits-hadit yang akan disebutkan di sini adalah termasuk hadits-hadis yang mencakup keutamaan berpuasa dari Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga disebutkan tentang faidah-faidah atau manfaat-manfaat dari ibadah puasa. Karena hadits-hadis tersebut mencakup keutamaan-keutamaan yang sangat banyak, manfaat-manfaat yang besar yang akan didapatkan orang yang berpuasa dari ibadah puadanya.

Dan hadist yang baru kita bacakan tadi adalah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari Rabbnya Tabaraka wa Ta’ala dimana Allah ‘Azza wa Jalla berkata:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، إِلَّا الصِّيَامَ،

“Semua amalan anak Adam untuknya, kecuali puasa.”

Maka ini sungguh keutamaan yang sangat besar. Yang mana Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkhususkan ibadah puasa dari ibadah-ibadah yang lainnya dengan perkataan Allah ‘Azza wa Jalla:

إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ،

“Kecuali puasa, karena pausa itu milikKu dan aku yang akan membalasnya.”

Ibadah-ibadah semuanya akan dibalas/akan diberi pahala oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi ibadah puasa mempunyai kekhususan dan kedudukan yang sangat tinggi. Juga mempunyai pahala yang dilipatgandakan.

Dalam riwayat lain untuk hadits ini juga di shahih muslim dengan lafadz:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلَّا الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

“Semua amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kebaikan. Allah ‘Azza wa Jalla berkata: “Kecuali ibadah puasa, karena puasa itu untukKu dan Aku yang akan membalasnya.”

Dan maksud dari semua amalan anak Adam dan ketaatan-ketaatan yang bermacam-macam akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu satu kebaikan dibalas dengan 10 kebaikan sampai 700 kebaikan kecuali puasa. Allah ‘Azza wa Jalla mengatakan:

فَإِنَّهُ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

“Sesungguhnya puasa itu milikKu dan Aku yang akan membalasnya.”

Puasa Adalah Kesabaran Yang Besar

Disebutkan bahwasanya sebab pengkhususan ibadah puasa dengan pahala yang berlipat ganda melebihi ibadah-ibadah yang lainnya bahkan pahalanya tanpa perhitungan/tidak ada batasnya karena puasa adalah kesabaran yang besar. Dan orang yang bersabar akan diberikan pahala tanpa batas. Dan ibadah puasa menggabungkan tiga jenis kesabaran bahkan telah shahih dari Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam disebutkan bahwasannya bulan puasa adalah bulan sabar. Karena diantara keduanya ada ikatan atau hubungan yang sangat kuat. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

صَوْمُ شَهْرِ الصَّبْرِ، وَثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صَوْمُ الدَّهْرِ

 “Puasa adalah bulan sabar, dan puasa tiga hari pada setiap bulan sama dengan puasa sepanjang tahun.” (HR. Ibnu Majah 1079, An-Nasa’i, Ahmad, Ibnu Hiban, Dishahihkan Al-Albani)

Dalam hadits ini Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menamakan puasa dengan bulan sabar. Karena dalam ibadah puasa ada kesabaran dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga kesabaran meninggalkan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga kesabaran dalam menerima takdir Allah yang berat. Disamping itu dalam ibadah puasa juga ada latihan bagi jiwa kita, ada penguatan untuk iman kita dan ada usaha untuk merealisasikan ketakwaan. Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٨٣﴾

Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 183)

Dan hadits ini menggabungkan antara hadits qudsi dan hadis Nabawi. Dalam hadits ini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan dari perkataan Allah Tabaraka wa Ta’ala dan itu adalah hadits qudsi. Juga dalam hadits ini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan perkataan beliau yang beliau sampaikan dari Tuhannya Tabaraka wa Ta’ala.

Puasa Adalah Tameng

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Puasa adalah tameng atau penghalang.” Ini adalah buah yang besar yang didapatkan oleh orang yang berpuasa. Dan manfaat dari manfaat manfaatnya sangat besar. Karena puasa adalah penghalang, pembatas, tameng. Puasa adalah penghalang seseorang dari perbuatan dosa dan maksiat dan penghalang dari neraka serta kemurkaan Allah Tabaraka wa Ta’ala. Dan apa yang kita sebutkan berkaitan dengan yang lainnya. Karena ketika seorang menjauhi dosa-dosa berarti dia sedang menghalangi dirinya dari neraka dan menyelamatkan ia dari kemurkaan Allah Tabaraka wa Ta’ala.

Maka puasa ini adalah tameng dan penghalang ia dari perbuatan dosa-dosa. Juga puasa dapat mensucikan hati, melatih jiwa dan mendidiknya untuk selalu berbuat kebaikan-kebaikan. Serta puasa juga membantu jiwa kita untuk menjauhi perbuatan-perbuatan buruk. Dan puasa adalah penghalang seseorang dari neraka.

Dalam sebuah hadits Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:

مَا مِنْ عبدٍ يصومُ يوْماً في سبِيلِ اللَّهِ إلاَّ بَاعَدَ اللَّه بِذلكَ اليَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سبْعِين خَرِيفاً

“Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali Allah akan menjauhkan dia dari neraka sepanjang perjalanan 70 tahun.” (HR. Bukhari 2840, Muslim 1153)

Dan disebabkan hal ini juga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah memberi pengarahan kepada para pemuda dengan sabda beliau:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ؛ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai sekalian pemuda, barangsiapa diantara kalian mampu untuk berhubungan badan dan mampu untuk menafkahi istrinya maka hendaklah dia segera menikah, karena hal itu lebih menundukkan pandangannya dan lebih menjaga kemaluannya, dan barangsiapa yang belum mampu maka hendaklah dia berpuasa, karena puasa adalah penghalang baginya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan.”

Juga dalam ibadah puasa ada latihan dan usaha untuk mencucikan jiwa seorang yang sedang berpuasa. Dan hal itu akan menyebabkan dia menjauhi perbuatan dosa-dosa dan maksiat. Terutama orang yang berpuasa dan memahami makna atau tujuan dari ibadah puasa tersebut dan ia berusaha untuk melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. Karena apabila seseorang berpuasa satu hari, menghalangi dirinya atau tidak makan-makanan, minuman, syahwat, karena berharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan karena takut dari adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka puasa tersebut akan membantu dia untuk berpuasa terus-menerus. Yaitu puasa yang tidak khusus siang hari atau malam hari, tidak khusus satu bulan tertentu juga hari tertentu. Akan tapi ada puasa terus-menerus yang dituntut dari seorang muslim untuk melakukannya baik di malam hari atau siang hari sepanjang tahun sepanjang bulan dan setiap waktu sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala wafatkan. Puasa tersebut adalah puasa dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Karena puasa ini adalah puasa yang wajib terus-menerus. Seseorang dituntut untuk meninggalkan semua yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Puasa pendengaran, puasa penglihatan, puasa tangan, puasa kaki, puasa lidah. Setiap kita, setiap hamba dituntut untuk mempuasakan lisannya dari perkataan yang diharamkan, kakinya dari berjalan menuju tempat yang diharamkan, penglihatannya atau matanya dari melihat yang diharamkan, juga pendengarannya dari sesuatu yang diharamkan.

Puasa adalah Perisai

Dan puasa (baik yang wajib maupun yang sunah) dari makanan, minuman dan syahwat, mulai dari terbit matahari sampai tenggelam matahari akan membantu seorang hamba untuk berpuasa terus-menerus. Karena puasa tersebut akan melatih jiwanya senantiasa taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhi apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan. Hal ini ditunjukkan dalam hadits yang kita bacakan, yaitu:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ، فَلَا يَرْفُثْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَصْخَبْ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ، فَلْيَقُلْ : إِنِّي صَائمٌ

“Puasa ini adalah tameng, maka apabila salah seorang diantara kalian berpuasa maka janganlah ia berkata jorok pada hari tersebut dan janganlah ia bersuara keras, jika ada seorang yang mencelanya atau mengajaknya bertengkar maka hendaklah ia mengatakan: ‘saya sedang puasa`”

Di sini ada peringatan bahwasannya puasa tersebut melatih dan mendidik jiwa seseorang. Dan seyogyanya bagi seorang yang berpuasa untuk selalu memperhatikan ibadah puasanya. Dengan puasa tersebut ia melatih dirinya, melatih jiwanya untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan menjauhi hal-hal yang diharamkan.

Katakan, “Saya Sedang Berpuasa.”

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Jika ada seorang yang mengajaknya bertengkar, maka hendaklah ia mengatakan: ‘Saya sedang berpuasa.`” Yaitu maksudnya jika ada seseorang yang mengejek atau mencela atau mengajak bertengkar atau mendzalimi dia maka hendaklah ia menghalanginya dengan kalimat ini.

Ucapan “saya sedang berpuasa” bermanfaat dari dua sisi. Yang pertama, bermanfaat untuk orang yang puasa tadi. Karena ia mengingatkan dirinya bahwasanya dia sedang berada dalam ibadah puasa. Dan ibadah puasa mempunyai kedudukan yang tinggi dalam agama kita. Maka tidak pantas bagi seorang yang sedang berpuasa ikut bertengkar dan berselisih. Sisi yang kedua, bermanfaat bagi orang yang mengajaknya bertengkar atau memulai pertengkaran. Karena ucapan ini mengingatkan dia tentang agungnya ibadah ini, mulianya ibadah puasa, agar ia menghormati ibadah tersebut dan menjauhi dari mengganggu orang yang sedang berpuasa.

Lebih Wangi Dari Bau Minyak Kasturi

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Dan demi Dzat yang jiwa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berada di tanganNya, sungguh bau mulut seseorang yang sedang berpuasa lebih harum di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat dari bau minyak kasturi.” Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam brsumpah dengan nama Allah menjelaskan salah satu keutamaan dari keutamaan ibadah puasa. Yaitu bau mulut orang yang berpuasa, bau yang tidak enak yang keluar dari perutnya dan muncul di mulutnya terutama di sore hari, bau yang tidak enak ini lebih harum di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dari bau minyak kasturi. Dikarenakan bau ini bersumber dari ibadah yang agung. Sebab munculnya bau tersebut dikarenakan ia melakukan ibadah yang sangat agung maka di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersumpah bahwasanya bau tersebut lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.

Dua Kebahagiaan Orang Yang Berpuasa

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan yang ia dapatkan, jika ia berbuka ia akan bahagia dengan buka puasa tersebut dan jika ia berjumpa dengan Rabbnya maka ia akan bahagia dengan puasanya.” Hadits ini menunjukkan bahwasanya orang yang berpuasa mendapatkan dua kebahagiaan. Kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Adapun kebahagiaan di dunia yaitu ketika ia selesai melakukan ibadah puasa. Ia bahagia karena ia telah menyempurnakan ibadah yang agung ini dan ia telah melaksanakannya dengan sempurna.  Kemudian ia berbuka dengan rezeki yang dikaruniakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya, maka ia pun bahagia dengan buka puasa tersebut.

Maka kebahagiaan orang yang berpuasa ada dua; yang pertama karena ia telah menyempurnakan ibadah yang Allah beri taufiq kepadanya untuk menyempurnakan ibadah tersebut, yang kedua karena ia memakan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala halalkan untuknya setelah ia berpuasa dan ketika itu dia sudah merasa sangat kehausan dan sangat kelaparan dan dia sabar mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ia pun bahagia dengan buka puasa tersebut.

Adapun kebahagiaan di akhirat yaitu kebahagiaan ketika ia berjumpa dengan Allah Tabaraka wa Ta’ala dan ia mendapatkan pahala puasanya ternyata adalah pahala yang sangat besar.

Kemudian penulis kitab ini Rahimahullah menyebutkan penjelasan tentang sebagian lafadz-lafadz hadits. Simak pada menit ke-34:50

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Keutamaan Puasa


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47903-keutamaan-puasa/